Hai !! Welcome to my blog tuts.hitam.putih n_n

Hai !! Welcome to my blog tuts.hitam.putih n_n

Tuesday, May 17, 2011

Ceritaku Tak Sesingkat Namaku


Malam itu pengunjung salon terus berdatangan, namun Ibu tetap asik menata rambut salah seorang pelanggannya. Rambutnya tergerai panjang, hitam, dan lebat. Ia adalah seorang wanita yang sukses menggapai karir dan masa depannya. Tidak heran jika Ibu berharap suatu saat nanti putri yang dilahirkannya kelak menjadi sama seperti wanita tersebut di kala dewasa. Mungkin itulah sebabnya ibu memberikanku nama “Ellen”, nama yang sama seperti wanita yang menjadi harapan ibuku itu. Sungguh indah nama pemberian untukku. Ibuku bilang, “bidadari kecil” artinya.
            Lahir di Jakarta, 24 April 1991. Tidak lama lagi genap 20 tahun usiaku. Tetapi aku kira aku belum sedewasa umurku. “Taurus, susah diurus”, mungkin ada benarnya pernyataan yang sering aku dengar ini. Berulang kali ibu menyuruhku untuk makan agar tidak sakit maag, berulang kali juga aku menolak hingga maagku kumat. Berulang kali aku tidur larut malam bahkan petang, berulang kali pula akhirnya aku terlambat mengikuti kuliah di kampusku.
            Bicara soal kampus, Gunadarma lah kampusku. Sekarang aku sudah semester 4. Ada kalanya aku jenuh mengikuti rutinitas perkuliahan. Namun ada hal lain yang membuat aku tetap semangat, yaitu keempat sahabatku. D’time sebutan kami. Nama itu diambil dari huruf depan nama kami masing-masing, Destria, Teni, Ira, Mayang, dan aku, Ellen. Suka dan duka, bahu-membahu kami lewati bersama. Aku berharap bukan hanya tiga tahun lamanya aku bersama-sama dengan mereka, tetapi tetap utuh selamanya.
            Aku tidak hanya mencintai persahabatan, tetapi juga musik. Tali persahabatan  menyatukan beberapa orang yang berbeda, begitu pun musik. Dari berbagai not yang berbeda dapat menghasilkan suatu lagu sebagai pesan singkat untuk menyampaikan dan menyatukan segala rasa yang ada dalam jiwa.
Pagi buta, jemari ku dan dirinya memainkan dentingan Grand Piano putih untuk si mungil. Begitu indah impian enam tahun kedepan itu. Ya, merekalah suami dan anak-anakku yang akan menjadi bagian hidupku kelak.
Menjadi seorang pianist terkenal merupakan cita-citaku. Kini aku yakin mimpiku dapat menjadi kenyataan. Kelak suatu saat, penonton bertepuktangan setelah aku selesai memainkan dentingan pianoku. Sudah satu kali pernah ku alami pengalaman yang indah, yaitu saat Natal dua tahun lalu. Ketika itu bukan alat musik piano yang kumainkan tetapi instrument gitar. Aku memainkannya sambil menyanyikankan lagu karanganku sendiri. Pengalaman indah yang tak akan aku lupakan saat dimana aku dapat meluapkan keinginan hati di hadapan banyak orang lewat musik dan laguku.
Ceritaku tak sesingkat namaku. Selain pengalaman indah di atas, ada pula pengalaman buruk namun begitu berkesan bagiku. Malam itu aku tersasar sendirian hingga ke Pasar Minggu karena kecorobohanku sendiri. Aku tidak dengan baik memperhatikan angkutan umum yang seharusnya aku tumpangi. Karena di sepanjang jalan raya tersebut dipagari oleh besi, maka aku agak kesulitan untuk menemukan jalan berbalik arah untuk mendapat angkutan umum yang jurusannya ke wilayah rumahku. Huff…Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya aku menemukan pagar di sisi jalan tersebut yang terbuka untuk lalu-lalang penumpang kereta sehingga aku dapat melewatinya. Astaga…!! Tak kusadari baru satu langkah aku menapakan kakiku melewati rel kereta tersebut, kereta dengan cepatnya melintas di belakangku. Aku hanya terdiam, berpikir, apakah ini mimpi atau kenyataan?? Nyawaku hampir melayang!! Sudah tak tahan rasanya air mata ini ingin keluar, tetapi tetap tidak bisa.
Aku memang jarang sekali dapat menangis dihadapan orang banyak. Mungkin karena aku berpikir bahwa dengan hanya menangis saja, masalah yang aku hadapi tidak akan terselesaikan. Lewat kejadian ini, aku mendapat pelajaran untuk tidak lagi ceroboh dalam melakukan apapun. Karena ternyata dari kesalahan kecil yang kita perbuat pada akhirnya dapat mendatangkan resiko yang besar.
Ceritaku belum selesai sampai di sini. Kini tentang keluargaku. Aku tinggal hanya bertiga dengan ibu dan adikku. Sejak kelas 4 SD ibu dan ayahku berpisah.  Tak mengapa bagiku, aku tetap bersyukur. Keluarga kecil ini yang setiap hari mengisi hari-hariku dengan senyuman bahkan tangisan. Aku bangga memiliki ibu seperti ibuku. Beliau tetap survive dan mampu membiayaiku dan adikku walaupun hanya sebagai single parent. Ingin rasanya aku membuat Ibu juga bangga memiliki anak sepertiku. Kini aku berusaha melakukan yang terbaik dan terus mengejar cita-citaku hingga suatu saat terucap kata dari mulut ibu, “Ibu bangga memiliki anak sepertimu”. Terima kasih mam, telah mengajarkanku banyak hal dalam menjalani hidup ini. Di kala kesulitan menghampiri dan kenyataan hidup terasa pahit, tidak ada kata untuk menyerah karena keadaan, sebaliknya selalu bersyukur atas apa yang aku miliki dan aku alami hingga sekarang. Karena aku percaya, semua yang terjadi dalam hidup ini adalah rencana yang terbaik yang sudah digariskan oleh Sang Kuasa.

No comments:

Post a Comment